Rabu, 29 Juli 2015

Warisan Leluhur Dalam Balutan Hari Raya Idul Fitri

Tujuh Hari, Warga Gauang Rayo Katampek

Di banyak daerah, momentum lebaran Idul Fitri 1 Syawal 1436 H mungkin banyak diisi dengan ajang silaturrahmi lewat mengunjungi rumah sanak saudara, keluarga, famili, kerabat, selanjutnya jalan-jalan ke tempat-tempat wisata/ hiburan yang ada. Namun berbeda halnya dengan masyarakat Nagari Gauang, Kabupaten Solok, justru selama sepekan, Sabtu – Kamis (18-23/7), mereka berbondong-bondong ke pandam pekuburan guna melaksanakan ritual ‘Rayo Katampek’.  Konon ini lebih dari sekadar ritual lebaran,  mau tau kisahnya ?

Tim Liputan— Solok



 Sekadar diketahui, perkampungan kecil berpenduduk sekitar 2000 jiwa ini terdapat di ujung Kecamatan Kubung, Kabupaten Solok, persisnya berbatas langsung dengan Kota Solok. Disegi ekonomi, masyarakatnya hampir 60 persen bergantung dari sektor pertanian, peternakan, dan perkebunan (karet, kakao).  

Nagari Gauang juga dikenal sebagai daerah penghasil batu merah (batu bata) sesudah Nagari Aripan, Kecamatan X Koto Singkarak, Kabupaten Solok. Hal ini ditandai dengan terdapatnya sejumlah bedeng di Jorong bansa dan Jorong Gando.

Namun siapa menyangkal,  dibalik kondisi sosial yang terlihat biasa-biasa saja seiring dengan kian kuatnya irama zaman, Nagari Gauang justru mampu bertahan dengan seabrek nilai-nilai tradisi, adat dan budaya yang diwarisi secara turun-temurun. Salah satu bentuk kearivan lokal yang berlaku adalah ‘Rayo Katampek’ yang sistem pelaksanaannya dihelat tujuh hari pasca 1 Syawal (hari Raya Idul Fitri).

Dari penelusuran di sejumlah lokasi Rayo Katampek, seperti di Pandam Guguk Limausirek Jorong Gelanggang, Sabtu (18/7), Tampek Gadang, Jirek Tapuih, Kubang Epoh di Jorong Bansa, Minggu (19/7), hingga hari terakhir Jirek Jauah dan Jirek Gadang di Jorong Bansa, Kamis (23/7). Ratusan masyarakat terlihat begitu antusias mengkikuti jalannya ritual unik tersebut.  Tanpa terkecuali diantaranya kalangan muda-mudi, ikut larut dalam balutan suasana yang penuh kekeluargaan.

Semisal di Pandam Pekuburan Tampek Gadang milik kaum Caniago, terlihat warga yang datang memadati lokasi acara mencapai lebih dari 1000 jiwa, itupun nyaris melibatkan semua kalangan mulai anak-anak sampai  lanjut usia. Dari awal hingga akhir, memakan waktu  lebih dari tiga jam.

Mula-mula diawali prosesi pidato adat pasambahan antar pihak sipangka (tuan rumah-red) dengan unsur tokoh agama, selanjutnya diikuti pembagian jamba (nasi  bungkus, kue-kue) ke masing-masing pengunjung bersamaan dengan berlangsungnya ritual balaho (tahlilan) yang diikuti seluruh warga yang hadir. Sehabis jamba dibagikan, dilangsungnkan prosesi pengumpulan infaq/ sedekah untuk pembangunan Masjid, kemudian ditutup dengan doa.   

Dalam satu hari, Rayo Katampek bisa berlangsung di dua sampai empat lokasi berbeda, dengan sistem pelaksanaan dilakukan secara bergantian. Upacara adat tersebut biasanya dimulai pagi hari, berakhir petang hari, tergantung seberapan banyak jumlah lokasi yang dijadwalkan hari itu. Begitu seterusnya, satu sama-lain larut dalam suasana peuh hikdmat.

Menurut seorang pemangku adat sekaligus uama, M.Yusuf Can Dt Saih Tuma Alam, Ritual Rayo Katampek digelar selama 7 hari, dimulai 2 Syawal Idul Fitri. Jadwal, tempat pandam pekuburan yang dikunjungi sudah tersusun sebagaimana mestinya semenjak dahulu.  Jadi,  soal jadwal, lokasi, tinggal menunggu gilirannya tiba. Maka si tuan rumah mesti bersiap-siap dengan tanggung-jawabnya.

Secara garis besar, Nagari Gauang memiliki tiga kaum adat, yakni kaum suku Caniago, Supanjang, dan suku Koto. Masing-masing kaum punya sejumlah pandam pekuburan, dengan sistem pembagian sudah diatur sesuai garis keturunan, maupun sako  dan  pusako. Seirama alur garis keturunan dari kepala waris/  kaum, ibarat buah durian masing-nya punya ruang-ruang.     

Ketika jadwalnya tiba, sambungnya, biasanya si pemilik pandam pekuburan akan menjadi tuan rumah/ sipangka alek (helat), selanjutnya mereka menggelar kegiatan masak-memasak makanan yang akhirnya dibungkus menjadi  nasi bungkus, ditambah kue-kue/makanan ringan sebagai selingan.

Makanan yang siap dibungkus tersebut pun dari rumah dijujung lewat berjalan kaki menuju lokasi tampat oleh kaum ibu-ibu berpakaian adat (baju kuruang basiba hitam), untuk selanjutnya dibagi-bagikan pada semua pengunjung yang datang.

Rombongan kaum hawa pembawa jamba (makanan) adalah momentum khas tersendiri dalam setiap perayaan Lebaran Idul Fitri di Nagari Gauang, mereka berjalan berbanjar di labuh utama nagari.  Selain kaum ibu-ibu, dalam barisan pembawa jamba juga dihiasi bidadari-bidadari cantik utusan keluarga/ kaum bersangkutan.

“Ini sudah menjadi tradisi sejak dahulunya, hingga terus berlangsung sampai sekarang,” Kata M.Yusuf yang juga pensiunan guru SMKN 1 Kota Solok.

Bersamaan dengan itu, ratusan masyarakat yang sedari awal berkumpul di lokasi acara, harap-harap cemas menunggu kedatangan rombongan pembawa makanan tersebut. Yang tak kalah pentingnya, diantara para tamu yang memadati tempat ritual,  telah hadir Alim Ulama, Pemangku Adat, Cerdik Pandai, Pemuda, serta berbagai unsur lainnya.

Begitu pihak sipangka helat tiba, upacara Rayo Katampek pun dimulai. Diawali dengan ritual balaho (tahlilan), berbalas pantun adat, serta diikuti pembacaan doa. Kebetulan dipertengahan ritual, juga dilangsungkan pembagian jamba pada segenap tamu yang datang, disertai pengumpulan infak/sedekah untuk pembangunan Masjid oleh rajo Janang, yakni anak laki-laki dari keluarga laki-laki kaum bersangkutan.     

“Nasi bungkus dan beraneka macam makanan yang dibagi-bagikan tersebut disiapkan oleh masing-masing kaum selaku ahliwaris. Tidak memandang apakah itu orang miskin, kaya, berpangkat, rakyat biasa, semuanya diberi jamba,” timpal Aditiawarman Dt.Kayo, Ninik Mamak dari kaum suku Supanjang.

Dikatakannya, jamba yang dibagi-bagikan ke pengunjung diimplementasikan sebagai sedekah, pahalanya diniatkan untuk para anggota keluarga yang telah meninggal sekaligus bermakam di pandam perkuburan tersebut.  Rayo Katampek juga sekaligus menjadi ajang ritual akbar ziarah kubur, serta perekat tali silaturrahmi, kekeluargaan antar sesama. 

Yang paling penting, sekalipun masih kecil, namun soal hubungan kekerabatan dengan para leluhur harus tetap diketahui.  Dengan begitu, generasi penerus dapat faham akan sejarah, seluk beluk antar sesama, serta perjalanan waktu kaumnya sendiri dari masa ke-masa.  Dimana pertikaian, selang sengketa dalam suatu nagari, cenderung lebih disebabkan karena ketidaktahuan generasi penerus akan sejarah, serta sejauh mana sesungguhnya pertalian/hubungan mereka satu sama lain. Demi kepentingan pribadi, cenderung segala cara dihalalkan.  

Sebuah Kebanggaan, Kaum Laki-laki ikut Merambah Kubur
Sebelumnya, Wali Nagari Gauang, Rizal Idzeko, mengungkapkan, ada serangkaian kegiatan cukup unik sekaitan ritual Rayo Katampek di daerah yang dipimpinnya. Dimana sebelum digelar ritual adat Rayo Katampek, para kaum laki-laki dalam nagari lebih dahulu melakukan kegiatan pembersihan tampat (pandam pekuburan) yang disebut merambah kubur. Terlebih bagi kalangan muda, tenaganya cukup diandalkan.

Sebagai simbol ikut berkontribusi terhadap kaum lain, para laki-laki biasanya datang lebih awal ke pandam pekuburan tersebut sambil membawa sebilah parang atau golok, serta cangkul untuk membersihkan komplek pusara. Begitu ritual Rayo Katampek dimulai, jamba dibagikan, mereka serempak duduk tertip melingkar, dan golok ditancapkan ke tanah persis di depan tempat duduk.

“Bagi kaum laki-laki, membawa parang ke lokasi acara menjadi sebuah kebanggaan tersendiri, karena hal tersebut sekaligus menjadi simbol jika mereka telah ikut berkontribusi meski secara umum berasal dari kaum berbeda,” Jelas Wali Nagari.

Ditambahkan Wali Nagari Gauang, kegiatan Rayo Katampek bertujuan sebagai momentum ziarah kubur, diikuti prosesi memanjatkan doa, tahlilan massal. Ritual ini dianggap penting dan tetap harus dilaksanakan mengingat jasa para leluhur begitu besar bagi anak cucu, hingga patut untuk tetap dikenang dan dihargai. Sekaligus sebagai simbul tegaknya adat basandi syara, syara basandi kitabullah.

“Betapa susahnya dahulu mereka mengolah hamparan bumi ini dalam pekatnya belantara, hingga akhirnya berhasil dijadikan  sawah dan ladang untuk digarap oleh anak-cucu. Sampai membuat kultur, adat, budaya dalam hidup bermasyarakat. Maka, tidak ada salahnya jika di hari baik bulan baik untuk mencoba menziarahi mereka,” Pungkas Rizal.  (Red)

Senin, 06 Juli 2015

Tahu kah Anda ?



Mengenal Keluarga Nabi Muhammad SAW:
Kakek, Nenek, Ayah, Ibu, Paman, Bibi, Istri, Anak, Ibu Susuan, Saudara Susuan

Dalam rangka memperkuat keimanan kita pada Allah SWT dan Rasulnya (Muhammad SAW),  baiknya kita mengenali silsilah keluarga baginda Rasulullah SAW. 
Berikut sepenggal pengetahuan dari kami ;
Nama lengkap: Muhammad bin ‘Abdullah bin ‘Abdul Muttalib bin Hashim
Nama ayah: ‘Abdullah bin ‘Abdul Muttalib bin Hashim
Nama ibu: Aminah binti Wahab bin ‘Abdul Manaf
Nama kakek dari pihak ayah: Syaibah bin Hâsyim dikenal dengan nama ‘Abdul Muttalib
Nama nenek dari pihak ayah: Fatimah binti Amr bin `A’idh bin Imran bin Makhzum
Nama kakek dari pihak ibu: Wahab bin Abdulmanaf bin Zuhrah bin Kilab.
Nama nenek dari pihak ibu: Barrah binti Abdul-Uzza bin Usman bin
Abduddar bin Qushay
Kakek Rasulullah Abdul Muthalib memiliki anak sebanyak 19 orang anak. 13 orang laki laki dan yang selebihnya adalah wanita.Ayah Rasulullah Saw merupakan yang termuda.
Kedua belas paman rasulullah tersebut adalah :
1. Haris ,ia merupakan paman Rasullah yang tertua.
2. Abu Thalib,nama lengkap beliau Abdu Manaf
3. Zubair, Kuniyah nya adalah Abu Haris
4. Hamzah ,Kuniyahnya Abu `Umarah dan Abu Ya`la
5. Abu Lahab nama lengkapnya Abdul Uzza
6. Ghaidaq
7. Muqawwam
8. Dhirar
9. `Abbas
10. Qusam
11. Abdul Ka`bah
12. Hajal dikenal juga dengan Mughirah



Dalam riwayat yang lain, paman-paman Nabi Muhammad SAW disebutkan sebagai berikut.
  1. Al-Harith bin Abdul Muthalib
  2. Muqawwam bin Abdul Muthalib
  3. Zubair bin Abdul Muthalib
  4. Hamzah bin Abdul Muthalib
  5. Al-Abbas bin Abdul Muthalib
  6. Abu Thalib bin Abdul Muthalib
  7. Abu Lahab bin Abdul Muthalib
  8. Abdul Kaabah bin Abdul Muthalib
  9. Hijl bin Abdul Muthalib
  10. Dzirar bin Abdul Muthalib
  11. Ghaidaq bin Abdul Muthalib
Diantara seluruh paman Rasulullah yang masuk islam hanyalah Hamzah dan Abbas.
Saidina Hamzah masuk Islam pada tahun ke dua Tahun kenabian. Ada juga ynag mengatakan bahwa beliau masuk Islam pada tahun ke 6 kenabian. Beliau mendapat gelar Asadullah ( Singa Allah ).
Berkenaan dengan gelar tersebut Rasulullah pernah mengatakan  ‘’Sungguh demi Zat yang menguasai Jiwaku,sungguh tertulis pada langit yang ketujuh bahwa Hamzah itu adalah Singa Allah dan singa RasulNya.’’
Dalam hadis yang lain beliau bersabda ‘’Sebaik baik paman ku adalah Hamzah’’.
Beliau sempat mengikuti perang badar dan syahid dalam peperangan Uhud.
Pada ketika melihat jasad Saidina Hamzah, Rasulullah menangis.
Pada ketika Syahid beliau berusia 59 tahun dan dimakamkan bersama dengan anak saudaranya Abdullah bin Jahsy dalam satu liang kubur.

Adapun Saidina Abbas merupakan paman yang termuda beliau memiliki kuniyah Abu Fadhal. Beliau lebih muda dari rasulullah sekitar 2 atau 3 tahun. Beliau termasuk pemuka suku Quraisy dan masuk Islam pada penaklukan Khaibar tetapi beliau menyembungikan keislaman beliau dan baru menampakkan keislaman beliau pada ketika penaklukan kota Makkah. Rasulullah sering kali mendoakan beliau dan anak anak cucu beliau. Beliau wafat pada masa khilafah Saidina usman bin Affan Ra pada tahun 33 H dalam usia 88 tahun dan dimakamkan di Baqi` .
Adapun bibi Rasulullah yaitu:
  1. `Atikah
  2. Umaimah
  3. Baidhak ( Ummu Hakim)
  4. Barrah
  5. Shafiyah
  6. Arwa
Shafiyah merupakan ibunda dari Saidina Zubair bin Awam.
Beliau masuk islam dan sempat mengikutiperang Khandak serta beliau sempat membunuh seorang laki lkai dari golongan yahudi dan Rasulullah sendiri memberikan astu bagian dari harta ghanimah untuk beliau. Beliau wafat pada masa kekhalifahan saidina Umar tahun 20 H dalam usia 70 tahun dan dimkamkan di Baqi`.
Adapun atikah dan Arwa terjadi perbedaan pendapat diantara para ulama tentang keislaman keduanya.
Nenek Rasulullah Saw.

Nama nama Nenek rasulullah dari pihak bapak beliau adalah sebagai berikut:
  1. Ibunda ayah beliau bernama Fathimah binti Amri Al Muakhzumiyah
  2. Ibunda Abdul Muthaleb adalah Salma binti Amri An Najjariyah
  3. Ibunda Hasyim adalah Atikah binti Murrah As Sulaimiyah
  4. Ibunda Abdi Manaf Atikah binti Falij As sulaimiyah
  5. Ibunda Qushai adalah Fatimah binti Asad Al Azdiyah
  6. Ibunda Kilab Adalah Nu`m binti Sarir Al Kinaniyah
  7. Ibunda Murrah adalah Wahsyiah binti Syaiban Al Fahmiyah
  8. Ibunda Ka`ab adalah Salma binti Muharib Al fahmiyah
  9. Ibunda Luai adalah Wakhsyiah binti Mudlij Al Kinaniyah
  10. Ibunda Ghalib adalah salma binti Saad Al Huzaliyah
  11. Ibunda Fihir adalah Jandalah binti Haris Al Jurhumiyah
  12. Ibunda Malik adalah Hindun binti `Adwan Al Qaisiyah
  13. Ibunda Nadhar adalah Barrah binti Murrah Al Murriyah
Adapun nenek Rasulullah dari pihak ibunda adalah
  1. Ibunda Aminah adalah Barrah binti Abdul Uzza
  2. Ibunda Wahab adalah Atikah binti Awqash As Sulaimiyah
Ayahanda Atikah ini dikenal dengan nama Abi kabsyah . Beliaulah yang dimaksud oleh orang orang arab deangn panggilan mereka terhadap Rasulullah ‘’Ibnu Abi Kabsyah’’.
Ibunda Barrah (Ibunda Aminah ) adalah Ummu Habibah binti Al Haris Al Huzailiyah anak dari Hindun binti Yarbu` Ast Saqafiyah

Saudara Sesusuan Rasulullah SAW
Rasulullah SAW memilki beberapa saudara sesusuan baik ketika menyusu dengan Thuwaibah maupun ketika menyusu dengan Halimatus Sa`diyah .yaitu :
  1. Hamzah
  2. Abu salamah bin Abdil `Asad
Keduanya sama sama menyusu dengan Rasulullah kepada Thuwaibah , hamba sahaya Abu Lahab ketika Thuwaibah sedang menyusu anaknya Masruh bin Suwaibah
  1. Abu Sufyan bin Haris bin Abdul Muthalib, beliau merupakan saudara susuan Rasulullah dengan Halimatus Sa`diyah
  2. Abdullah
  3. Asiyah
  4. Huzafah dikenal dengan nama Asy Syaima`
Ketiganya merupakan anak Halimatus Sa`diyah
Nama Ibu susuan Rasulullah:
  • Ibu susuan pertama Thuwaibah (hamba perempuan Abu Lahab)
  • Ibu susuan kedua Halimah binti Abu Zuaib As-Sa‘diah (lebih dikenali Halimah As-Sa‘diah. Suaminya bernama Abu Kabsyah). Halimah punya anak perempuan bernama Asy-Syaima’ yang kemudian menjadi tawanan perang Hunain dan kemudian dibebaskan.
Nama isteri pertama dan usia baginda menikah:
  • Khadijah binti Khuwailid Al-Asadiyah pada usia 25 tahun
Nama isteri-isteri Rasulullah:
  1. Khadijah bt. Khuwailid al-Asadiyah r.a
  2. Saudah bt. Zam’ah al-Amiriyah al Quraisiyah r.a
  3. Aisyah bt Abi Bakr r.a (anak Saidina Abu Bakar)
  4. Hafsah bt. Umar bin al-Khattab r.a (anak Saidina ‘Umar bin Al-Khattab
  5. Ummu Salamah Hindun bt. Abi Umaiyah r.a (digelar Ummi Salamah)
  6. Ummu Habibah Ramlah bt. Abi sufian r.a
  7. Juwairiyah ( Barrah ) bt. Harith
  8. Safiyah bt. Huyay
  9. Zainab bt. Jansyin
  10. Asma’ bt. al-Nu’man al-Kindiyah
  11. Umrah bt. Yazid al-Kilabiyah
  12. Zainab bin Khuzaimah (digelar ‘Ummu Al-Masakin’; Ibu Orang Miskin)
Nama anak-anak Rasulullah:
  1. Qasim
  2. Abdullah
  3. Ibrahim
  4. Zainab
  5. Ruqaiyah
  6. Ummi Kalthum
  7. Fatimah Al-Zahra’
  8. Halah bin Hind bin Habbasy bin Zurarah al-Tamimi (anak kepada Saidatina Khadijah bersama Hind bin Habbasy. Ketika berkahwin dengan Rasulullah, Khadijah adalah seorang janda). Jadi beliau ini adalah anak tiri Rasulullah. (Red)

Referensi 

Kisah 16 Nabi Selain 25 Rasul yang Wajib diketahui



1. Nabi Syith A.S
2. Nabi Zulkarnain A.S
3. Nabi Khidir A.S
4. Nabi Syam’un A.S
5. Nabi Yusha’ A.S
6. Nabi Daniel A.S
7. Nabi Uzair A.S
8. Nabi Samuel A.S
9. Nabi Imran A.S
10. Nabi Jurjis A.S
11. Nabi Amos A.S
12. Nabi Jeremiah A.S
13. Nabi Malakhi A.S
14. Nabi Isaiah A.S
15. Nabi Hagai A.S
16. Nabi Hanzalah A.S



1. Nabi Syith A.S
Selain itu, terdapat kisah mengenai para nabi selain 25 orang rasul dan antaranya ialah Nabi Syith A.S.
Set bahasa Arab: Shith atau Shiyth yang bermaksud “ditempatkan; ditunjuk” dalam kitab Kejadian dari Kitab Suci Ibrani dan Alkitab, adalah salah satu anak (kemungkinan anak ketiga) dari Adam dan Hawa, dan merupakan adik dari Qabil dan Habil. Ia dilahirkan setelah Habil dibunuh oleh Qabil. Nama Set disebut sepuluh kali dalam Alkitab, tujuh kalinya di kitab Kejadian, sekali di kitab Bilangan, I Tawarikh, dan Lukas.
Set diberikan oleh Allah kepada Nabi Adam A.S sebagai pengganti Habil yang dibunuh. Ia mempunyai seorang anak yang bernama Enos pada usia 105 tahun dan hidup hingga mencapai usia 912 tahun. Melalui keturunan Set dilahirkanlah Nuh A.S, Ibraham A.S, Daud A.S hingga akhirnya menurunkan Isa A.S.

Set menurut kepercayaan Islam
Set (Syits) (sekitar 3630-2718 SM), hidup selama lebih kurang 912 tahun, meninggal pada usia 1042 tahun. Menikah dengan Azura (Hazurah), kemudian mengandung seorang anak yang bernama Enos pada usia 105 tahun. Ia salah seorang anak Adam, yang dianggap sebagai salah satu dari nabi-nabi dalam Islam. Ia juga termasuk guru Nabi Idris yang pertama kali mengajarkan baca dan tulis, ilmu falak, menjinakkan kuda dan lain-lain.


2. Nabi Zulkarnain A.S
Zulkarnain secara harfiahnya bermaksud “Dia yang Bertanduk Dua”, merupakan satu tokoh yang disebutkan di dalam Qur’an, iaitu kitab suci Islam yang menyatakan beliau sebagai pemerintah yang hebat dan adil yang membina tembok pengantara Yakjuj dan Makjuj dari menyerang orang yang di Barat. Mengikut sejarah, Zulkarnain dikatakan sebagai Iskandar Agung (Alexander dari Macedonia) tetapi ia hanyalah pendapat paling sekular dan disangkal sendiri oleh para ulama dan sarjana Islam yang mengatakan Zulkarnain adalah Cyrus Agung. Gelaran tersebut turut terkenal di kalangan masyarakat Arab sebelum kedatangan Islam yang boleh dikatakan telah digunakan sekurang-kurangnya tiga orang raja yang berbeza.

Timbulnya persoalan
Persoalan tentang Zulkarnain tercatat dalam sirah nabawiyah (sejarah Nabi) dan tertulis dalam sirah Ibnu Ishaq yang menceritakan bahawa musyrikin Makkah meminta bantuan Yahudi Khaibar untuk mencari kelemahan Muhammad S.A.W. Ketika Nadr mengatakan hal tersebut kepada mereka, mereka mengirim dia dan Uqbah bin Abu Muit kepada rabai Yahudi di Madinah. Untuk membuktikan kenabian, rabai tersebut akan mengajukan tiga soalan yang sekiranya dijawab dengan betul, maka itu membuktikan akan baginda seorang nabi dan begitu juga sebaliknya.
 Persoalan yang ditanyakan ialah:
1.Tentang beberapa anak muda di zaman dahulu yang ceritanya amat pelik dan menakjubkan.
2.Tentang seorang lelaki yang merupakan pengembara hebat yang telah sampai ke timur dan barat.
3.Tentang Roh.

Baginda Muhammad s.a.w. meminta masa untuk menjawabnya dan selepas diturunkan wahyu, semuanya telah terjawab melalui surah al-Kahfi.

Sedutan Quran
Berikut merupakan petikan tafsir dari surah al-Kahfi yang menceritakan tentang Zulkarnain.
83 Dan mereka bertanya kepadamu (wahai Muhammad), mengenai Zulkarnain. Katakanlah: Aku akan bacakan kepada kamu (wahyu dari Allah yang menerangkan) sedikit tentang perihalnya.
84 Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadanya kekuasaan memerintah di bumi dan Kami beri kepadanya jalan bagi menjayakan tiap-tiap sesuatu yang diperlukannya.
85 Lalu dia menurut jalan (yang menyampaikan maksudnya). 
86 Sehingga apabila dia sampai ke daerah matahari terbenam, dia mendapatinya terbenam di sebuah mata air yang hitam berlumpur dan dia dapati di sisinya satu kaum (yang kufur ingkar). Kami berfirman (dengan mengilhamkan kepadanya): Wahai Zulkarnain! Pilihlah samada engkau hendak menyeksa mereka atau engkau bertindak secara baik terhadap mereka.
87 Dia berkata: Adapun orang yang melakukan kezaliman (kufur derhaka), maka kami akan menyeksanya; kemudian dia akan dikembalikan kepada Tuhannya, lalu diazabkannya dengan azab seksa yang seburuk-buruknya.
88 Adapun orang yang beriman serta beramal soleh, maka baginya balasan yang sebaik-baiknya; dan kami akan perintahkan kepadanya perintah-perintah kami yang tidak memberati.
89 Kemudian dia berpatah balik menurut jalan yang lain.
90 Sehingga apabila dia sampai di daerah matahari terbit, dia mendapatinya terbit kepada suatu kaum yang kami tidak menjadikan bagi mereka sebarang perlindungan daripadanya.
91 Demikianlah halnya dan sesungguhnya Kami mengetahui secara meliputi akan segala yang ada padanya.
92 kemudian dia berpatah balik menurut jalan yang lain.
93 Sehingga apabila dia sampai di antara dua gunung, dia dapati di sisinya satu kaum yang hampir-hampir mereka tidak dapat memahami perkataan.
94 Mereka berkata: Wahai Zulkarnain, sesungguhnya kaum Yakjuj dan Makjuj sentiasa melakukan kerosakan di bumi; oleh itu, setujukah kiranya kami menentukan sejumlah bayaran kepadamu (dari hasil pendapatan kami) dengan syarat engkau membina sebuah tembok di antara kami dengan mereka?
95 Dia menjawab: (Kekuasaan dan kekayaan) yang Tuhanku jadikan daku menguasainya, lebih baik (dari bayaran kamu); oleh itu bantulah daku dengan tenaga (kamu beramai-ramai) aku akan bina antara kamu dengan mereka sebuah tembok penutup yang kukuh.
96 Bawalah kepadaku ketul-ketul besi; sehingga apabila ia terkumpul separas tingginya menutup lapangan antara dua gunung itu, dia pun perintahkan mereka membakarnya dengan berkata: Tiuplah dengan alat-alat kamu sehingga apabila ia menjadikannya merah menyala seperti api, berkatalah dia: Bawalah tembaga cair supaya aku tuangkan atasnya.
97 Maka, mereka tidak dapat memanjat tembok itu dan mereka juga tidak dapat menebuknya.
98 (Setelah itu) berkatalah Zulkarnain: Ini ialah suatu rahmat dari Tuhanku; dalam pada itu, apabila sampai janji Tuhanku, Dia akan menjadikan tembok itu hancur lebur dan adalah janji Tuhanku itu benar.

Bertanduk dua?
Sesetengah pihak berpendapat gelaran “Zulkarnain” bermaksud “bertanduk dua”, yang secara tersiratnya merujuk kepada syiling yang ditempa untuk Iskandar Agung mahupun ukiran dinding Cyrus Agung. Pentafsir Quran abad ke-14 memberikan sebab yang berbeza. Dalam Tafsir Ibn Kathir menyatakan, “sesetengah mereka memanggilnya Zulkarnain kerana dia mencapai dua “tanduk” (batas) matahari, timur dan barat, tempat ia terbit dan terbenam.”

Tambahan pula, nama Zulkarnain juga diterjemahkan menjadi “dia yang berketurunan dua”, “dia yang hidup hingga dua kurun”, “dia yang memiliki dua kerajaan” ataupun “pemerintah dua kerajaan”. Banyak yang mentafsirkan perkataan tersebut dengan maksud yang berbeza.
Terdapat juga pendapat yang mengatakan “bertanduk dua” bermaksud menggabungkan 2 negeri.

Perbezaan Antara Iskandar Agung dan Zulkarnain
Hasil kajian ilmuan dan sarjana Islam seperti Seyyed Ahmad Khan (pentafsir Quran terkenal), Molana Abolkalam Azad (Menteri Kebudayaan India), Baha’eddin Khomrashahi dan Dr. Muhammad Ebrahim Bastabi Parizi menyangkal bahawa Zulkarnain adalah Iskandar Agung. Mereka lebih mengesyaki yang Zulkarnain adalah Cyrus Agung iaitu raja empayar Parsi Arkaemenia. Mereka memberikan bukti-bukti kukuh termasuk artifak tulisan dan ukiran pada batu istana dan kubur. 
Berikut merupakan bukti yang dinyatakan:
1.Ukiran pada batu yang masih dapat dilihat hingga kini yang memaparkan Cyrus dengan mahkotanya yang  
    mempunyai tanduk.
2. Menurut Qur’an, rahmat Tuhan diberikan bersamanya dan dengan itu, Cyrus merupakan raja pertama 
   (beberapa ratus tahun sebelum Iskandar Agung) yang menakluki sebahagian besar Eropah dan Asia.
3. Cyrus (seperti juga Zulkarnain) menyembah satu Tuhan tetapi Iskandar Agung mempunyai banyak 
    dewa-dewi.
4. Di dalam al-Qur’an tercatat perjalanan Zulkarnain iaitu bermula ke Barat lalu ke Timur sebelum ke jalan 
    yang lain (iaitu Utara) yang bertepatan dengan ekspedisi Cyrus yang memulakan penaklukan di Barat  
    Parsi  hingga ke Lydia di Asia Kecil kemudian berpatah ke timur sehingga Makran dan Sistani (Scythian)  
    sebelum ke Timur Laut menawan Eropah berhampiran Balkan.
5. Ekspedisi Cyrus diteruskan dengan penaklukan Lycia, Cilicia dan Phoenicia, dan mereka menggunakan 
    teknik pembinaan tembok yang belum digunakan lagi oleh orang Yunani ketika itu.
6. Menurut al-Qur’an, pengembaraan Zulkarnain dimudahkan dan kebetulan lagi bagi Cyrus, beliau sempat 
    menamatkan ekspedisinya kali itu pada 542 SM, sebelum pulang ke Parsi manakala Iskandar masih    
   dalam misi menakluknya ketika dia mati.
7. Keperibadian Iskandar juga dikatakan tidak seperti yang dikatakan mulia apabila Iskandar sendiri sering 
    berpesta arak dan juga mempunyai seorang lelaki, Haphaeston, sebagai kekasihnya.

Menurut Afareez Abd Razak Al Hafiz; seorang penulis buku ‘Benarkah Iskandar Bukan Zulqarnain’ telah menceritakan bahawa Raja Kurush yang memerintah Parsi pada ketika itu ialah Nabi Zulqarnain A.S. Hasil kajian yang dilakukan oleh beliau telah menunjukkan terdapat persamaan ciri-ciri antara Raja Kurush dengan Zulqarnain.


3. Nabi Khidir A.S
Al-Khiḍr (Arab:الخضر, Khaḍr, Khaḍer, al-Khaḍir) adalah seorang nabi yang dikisahkan oleh Allah dalam Al-Qur’an dalam Surah Al-Kahfi ayat 65-82. Selain kisah tentang nabi Khidir yang mengajarkan tentang ilmu dan kebijaksanaan kepada Nabi Musa, asal usul dan kisah lainnya tentang Nabi Khidir tidak banyak disebutkan.

Etimologi
Al-Khidir secara harfiah bererti ‘Seseorang yang Hijau’ melambangkan kesegaran jiwa, warna hijau melambangkan kesegaran akan pengetahuan “berlarut langsung dari sumber kehidupan.” Dalam Encyclopædia Britannica, dikatakan bahawa Khidir telah diberikan sebuah nama, yang paling terkenal iaitu Balyā bin Malkān.

Teguran Allah kepada Musa
Kisah Musa dan Khidir dirakamkan oleh Al-Qur’an dalam Surah Al-Kahfi ayat 65-82. Menurut Ibnu Abbas, Ubay bin Ka’ab menceritakan bahawa beliau mendengar nabi Muhammad bersabda: “Sesungguhnya pada suatu hari, Musa berdiri di khalayak Bani Israil lalu beliau ditanya, “Siapakah orang yang paling berilmu?” Jawab Nabi Musa, “Aku” Lalu Allah menegur Nabi Musa dengan firman-Nya, “Sesungguhnya di sisi-Ku ada seorang hamba yang berada di pertemuan dua lautan dan dia lebih berilmu daripada kamu.”

Lantas Musa pun bertanya, “Wahai Tuhanku, dimanakah aku dapat menemuinya?” Allah pun berfirman, “Bawalah bersama-sama kamu seekor ikan di dalam sangkar dan sekiranya ikan tersebut hilang, di situlah kamu akan bertemu dengan hamba-Ku itu.” Sesungguhnya teguran Allah itu mencetuskan keinginan yang kuat dalam diri Nabi Musa untuk menemui hamba yang soleh itu. Di samping itu, Nabi Musa juga ingin sekali mempelajari ilmu dari Hamba Allah tersebut.

Musa kemudiannya menunaikan perintah Allah itu dengan membawa ikan di dalam wadah dan berangkat bersama-sama pembantunya yang juga merupakan murid dan pembantunya, Yusya bin Nun.
Mereka berdua akhirnya sampai di sebuah batu dan memutuskan untuk beristirehat sejenak kerana telah menempuh perjalanan cukup jauh. Ikan yang mereka bawa di dalam wadah itu tiba-tiba meronta-ronta dan selanjutnya terjatuh ke dalam air. Allah SWT membuatkan aliran air untuk memudahkan ikan sampai ke laut. 

Yusya` terpegun memperhatikan kebesaran Allah menghidupkan semula ikan yang telah mati itu.
Selepas menyaksikan peristiwa yang sungguh menakjubkan dan luar biasa itu, Yusya’ tertidur dan ketika terjaga, beliau lupa untuk menceritakannya kepada Musa. Mereka kemudiannya meneruskan lagi perjalanan siang dan malamnya dan pada keesokan paginya,
 
Nabi Musa berkata kepada Yusya` “Bawalah ke mari makanan kita, sesungguhnya kita telah berasa letih kerana perjalanan kita ini.” (Surah Al-Kahfi : 62)
Ibn `Abbas berkata, “Nabi Musa sebenarnya tidak berasa letih sehingga baginda melewati tempat yang diperintahkan oleh Allah supaya menemui hamba-Nya yang lebih berilmu itu.” Yusya’ berkata kepada Nabi Musa, “Tahukah guru bahawa ketika kita mencari tempat berlindung di batu tadi, sesungguhnya aku lupa (menceritakan tentang) ikan itu dan tidak lain yang membuat aku lupa untuk menceritakannya kecuali syaitan dan ikan itu kembali masuk kedalam laut itu dengan cara yang amat aneh.” (Surah Al-Kahfi : 63)
Musa segera teringat sesuatu, bahawa mereka sebenarnya sudah menemuui tempat pertemuan dengan hamba Allah yang sedang dicarinya itu. Kini, kedua-dua mereka berbalik arah untuk kembali ke tempat tersebut iaitu di batu yang menjadi tempat persinggahan mereka sebelumnya, tempat bertemunya dua buah lautan. Musa berkata, “Itulah tempat yang kita cari.” Lalu keduanya kembali, mengikuti jejak mereka semula. (Surah Al-Kahfi : 64)

Terdapat banyak pendapat tentang tempat pertemuan Musa dengan Khidir. Ada yang mengatakan bahawa tempat tersebut adalah pertemuan Laut Romawi dengan Parsi iaitu tempat bertemunya Laut Merah dengan Samudra Hindia. Pendapat yang lain mengatakan bahawa lautan tersebut terletak di tempat pertemuan antara Laut Roma dengan Lautan Atlantik. Di samping itu, ada juga yang mengatakan bahawa lautan tersebut terletak di sebuah tempat yang bernama Ras Muhammad iaitu antara Teluk Suez dengan Teluk Aqabah di Laut Merah.

 Persyaratan belajar
Setibanya mereka di tempat yang dituju, mereka melihat seorang hamba Allah yang berjubah putih bersih. Nabi Musa pun mengucapkan salam kepadanya. Khidir menjawab salamnya dan bertanya, “Dari mana datangnya kesejahteraan di bumi yang tidak mempunyai kesejahteraan? Siapakah kamu” Jawab Musa, “Aku adalah Musa.” Khidir bertanya lagi, “Musa dari Bani Isra’il?” Nabi Musa menjawab, “Ya. Aku datang menemui tuan supaya tuan dapat mengajarkan sebagian ilmu dan kebijaksanaan yang telah diajarkan kepada tuan.”

Khidir menegaskan, “Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sanggup bersabar bersama-samaku.” (Surah Al-Kahfi : 67) “Wahai Musa, sesungguhnya ilmu yang kumiliki ini ialah sebahagian daripada ilmu kurniaan dari Allah yang diajarkan kepadaku tetapi tidak diajarkan kepadamu wahai Musa. Kamu juga memiliki ilmu yang diajarkan kepadamu yang tidak kuketahuinya.”

Nabi Musa berkata, “Insya Allah tuan akan mendapati diriku sebagai seorang yang sabar dan aku tidak akan menentang tuan dalam sesuatu urusan pun.” (Surah Al-Kahfi : 69)
Dia (Khidir) selanjutnya mengingatkan, “Jika kamu mengikutiku, maka janganlah kamu menanyakan kepadaku tentang sesuatu pun sehingga aku sendiri menerangkannya kepadamu.” (Surah Al-Kahfi : 70)
Perjalanan Khidir dan Musa
 
Demikianlah seterusnya Musa mengikuti Khidir dan terjadilah beberapa peristiwa yang menguji diri Musa yang telah berjanji bahawa baginda tidak akan bertanya sebab sesuatu tindakan diambil oleh Nabi Khidir. Setiap tindakan Nabi Khidir A.S. itu dianggap aneh dan membuat Nabi Musa terperanjat.
Kejadian yang pertama adalah saat Nabi Khidir menghancurkan perahu yang ditumpangi mereka bersama. Nabi Musa tidak kuasa untuk menahan hatinya untuk bertanya kepada Nabi Khidir. Nabi Khidir memperingatkan janji Nabi Musa, dan akhirnya Nabi Musa meminta maaf kerana kelancangannya mengingkari janjinya untuk tidak bertanya terhadap setiap tindakan Nabi Khidir.

Selanjutnya setelah mereka sampai di suatu daratan, Nabi Khidir membunuh seorang anak yang sedang bermain dengan kawan-kawannnya. Peristiwa pembunuhan yang dilakukan oleh Nabi Khidir tersebut membuat Nabi Musa tak kuasa untuk menanyakan hal tersebut kepada Nabi Khidir. Nabi Khidir kembali mengingatkan janji Nabi Musa, dan beliau diberi kesempatan terakhir untuk tidak bertanya-tanya terhadap segala sesuatu yang dilakukan oleh Nabi Khidir, jika masih bertanya lagi maka Nabi Musa harus rela untuk tidak mengikuti perjalanan bersama Nabi Khidir.

Selanjutnya mereka melanjutkan perjalanan hingga sampai disuatu wilayah perumahan. Mereka kelelahan dan hendak meminta bantuan kepada penduduk sekitar. Namun sikap penduduk sekitar tidak bersahabat dan tidak mahu menerima kehadiran mereka, hal ini membuat Nabi Musa berasa kesal terhadap penduduk itu. Setelah dikecewakan oleh penduduk, Nabi Khidir malah menyuruh Nabi Musa untuk bersama-samanya memperbaiki tembok suatu rumah yang rosak di daerah tersebut. 

Nabi Musa tidak kuasa kembali untuk bertanya terhadap sikap Nabi Khidir ini yang membantu memperbaiki tembok rumah setelah penduduk menzalimi mereka. Akhirnya Nabi Khidir menegaskan pada Nabi Musa bahawa beliau tidak dapat menerima Nabi Musa untuk menjadi muridnya dan Nabi Musa tidak diperkenankan untuk terus melanjutkan perjalanannya bersama dengan Nabi Khidir.

Selanjutnya Nabi Khidir menjelaskan mengapa beliau melakukan hal-hal yang membuat Nabi Musa bertanya. Kejadian pertama adalah Nabi Khidir menghancurkan perahu yang mereka tumpangi kerana perahu itu dimiliki oleh seorang yang miskin dan di daerah itu tinggallah seorang raja yang suka merampas perahu milik rakyatnya.

Kejadian yang kedua, Nabi Khidir menjelaskan bahawa beliau membunuh seorang anak kerana kedua-dua orang tuanya adalah pasangan yang beriman dan jika anak ini menjadi dewasa dapat mendorong bapa dan ibunya menjadi orang yang sesat dan kufur. Kematian anak ini digantikan dengan anak yang soleh dan lebih mengasihi kedua ibu bapanya hingga ke anak cucunya.

Kejadian yang ketiga (terakhir), Nabi Khidir menjelaskan bahawa rumah yang dinding diperbaiki itu adalah milik dua orang adik-beradik yatim yang tinggal di kota tersebut. Didalam rumah tersebut tersimpan harta benda yang ditujukan untuk mereka berdua. Ayah kedua-dua adik-beradik ini telah meninggal dunia dan merupakan seorang yang soleh. Jika tembok rumah tersebut runtuh, maka boleh dipastikan bahawa harta yang tersimpan tersebut akan ditemui oleh orang-orang di kota itu yang sebahagian besar masih menyembah berhala, sedangkan kedua adik-beradik tersebut masih cukup kecil untuk mengelola peninggalan harta ayahnya. Dipercayai tempat tersebut berada di negeri Antakya, Turki.

Akhirnya Nabi Musa as. sedar hikmah dari setiap perbuatan yang telah dikerjakan Nabi Khidir. Akhirya mengerti pula Nabi Musa dan berasa amat bersyukur kerana telah dipertemukan oleh Allah dengan seorang hamba Allah yang soleh yang dapat mengajarkan kepadanya ilmu yang tidak dapat dituntut atau dipelajari iaitu ilmu ladunni. Ilmu ini diberikan oleh Allah SWT kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya. Nabi Khidir yang bertindak sebagai seorang guru banyak memberikan nasihat dan menyampaikan ilmu seperti yang diminta oleh Nabi Musa dan Nabi Musa menerima nasihat tersebut dengan penuh rasa gembira.

Saat mereka didalam perahu yang ditumpangi, datanglah seekor burung lalu hinggap di hujung perahu itu. Burung itu meneguk air dengan paruhnya, lalu Nabi Khidir berkata, “Ilmuku dan ilmumu tidak berbanding dengan ilmu Allah, Ilmu Allah tidak akan pernah berkurang seperti air laut ini kerana diteguk sedikit airnya oleh burung ini.”

Sebelum berpisah, Khidir berpesan kepada Musa: “Jadilah kamu seorang yang tersenyum dan bukannya orang yang tertawa. Teruskanlah berdakwah dan janganlah berjalan tanpa tujuan. Janganlah pula apabila kamu melakukan kekhilafan, berputus asa dengan kekhilafan yang telah dilakukan itu. Menangislah disebabkan kekhilafan yang kamu lakukan, wahai Ibnu `Imran.”

Hikmah kisah Khidir
Dari kisah Khidir ini kita dapat mengambil iktibar penting. Diantaranya adalah Ilmu merupakan kurniaan Allah S.W.T, tidak ada seorang manusia pun yang boleh mengaku bahawa dirinya lebih berilmu dibanding yang lain. Hal ini kerana ada ilmu yang merupakan anugrah dari Allah SWT yang diberikan kepada seseorang tanpa harus mempelajarinya (Ilmu Ladunni, iaitu ilmu yang dikhususkan bagi hamba-hamba Allah yang soleh dan terpilih)

Hikmah yang kedua adalah kita perlu bersabar dan tidak terburu-buru untuk mendapatkan kebijaksanaan dari setiap peristiwa yang dialami. Hikmah ketiga adalah setiap murid harus memelihara adab dengan gurunya. Setiap murid harus bersedia mendengar penjelasan seorang guru dari awal hingga akhir sebelum nantinya dapat bertindak diluar perintah dari guru. Kisah Nabi Khidir ini juga menunjukan bahawa Islam memberikan kedudukan yang sangat istimewa kepada guru.


4. Nabi Yusha’ A.S.
Yusha‘ bin Nūn (Arab:يوشع) adalah salah seorang nabi yang memimpin Bani Israel memasuki kota Yareho (Jericho). Yusha‘ bin Nūn membawa ajaran Musa pada pertama kali tiba di “Tanah Yang di Janjikan”. Ia mengatur penempatan kedua belas suku Israel setibanya di Kanaan. Yusha dikenal sebagai Joshua didalam Taurat. Namanya tidak disebutkan secara langsung tetapi Al-Qur’an mereferensikannya bersama dengan kisah Musa didalam surah Al-maidah, Al Kahfi dan Waqi’ah.

Sesudah Harun dan Musa wafat, kaum Bani Israil dipimpin oleh Yusha‘ bin Nūn, yang memang telah ditunjuk oleh Musa untuk menggantikannya sebelum kewafatannya. Berkat kepemimpinan Yusha‘ bin Nūn mereka dapat menguasai tanah Palestin dan menetap tinggal di istana. Namun setelah Yusha‘ bin Nūn wafat, mereka berpecah-belah. Dalam ajaran Islam dikatakan bahawa isi kitab Taurat mereka diubah dan ditambah-tambah. 

Mereka sering berselisih pendapat sesama mereka sendiri hingga akhirnya hilanglah kekuatan persatuan mereka, yang mengakibatkan tanah Palestin diserbu dan dikuasai oleh bangsa lain. Dari segi positifnya adalah ketika dia meninggal, semua tugas untuk mengatur dua belas suku tersebut telah selesai sesuai dengan kehendak Allah.

Matahari Terhenti seketika
Di antara mukjizat Nabi Yusha’ ialah Allah berhentikan matahari bagi menyebabkan hari Jumaat berpanjangan bagi membolehkan perang diteruskan. Hal ini kerana waktu itu Allah mengharamkan kaum Yahudi berperang pada hari Sabtu, dalam satu peperangan terhadap kaum kanaan yang berlaku pada hari Jumaat, maka berlakulah mukjizat tersebut. Mengikut syariat terdahulu, hari sabtu hanya untuk melakukan ibadat. Nabi Yusha’ telah berdoa agar Allah memberhentikan seketika matahari bagi membolehkan Nabi Yusha’ bersama-sama tenteranya menggempur kota Jericho yang merupakan “Tanah Yang di Janjikan”.


5. Nabi Daniel A.S.
Nabi Daniel (bahasa Ibrani: דָּנִיֵּאל, Daniyyel, Dāniyyêl; bahasa Parsi: دانيال, Dâniyal atau Danial, juga disebut Dani, داني ; Arabic: دانيال, Danyal) adalah tokoh yang dicatat dalam sejarah sebagai salah seorang Nabi ataupun Utusan Allah (Tuhan) dalam tiga agama samawi (Islam, Kristian, Yahudi). Namun begitu, maklumat mengenai Baginda banyak tertumpu kepada catatan dalam Kitab Daniel dalam agama Kristian Katolik dan Yahudi.

Kisah Nabi Daniel A.S.
Kitab Daniel, yang ditulis dalam bahasa Ibrani dan bahasa Aramik, adalah sebuah kitab suci Tanakh bagi agama Yahudi atau Perjanjian Lama bagi agama Kristian. Kisah dalam kitab ini berlaku semasa pembuangan di Babel, iaitu ketika bangsa Yahudi dibuang dan diasingkan ke Babil. Kisah ini berkisar seorang tokoh yang bernama Daniel yang berbangsa Israil dan menjadi penasihat Nebuchadnezar, penguasa Babil (Babylon) dari 605 SM – 562 SM.

Nabi Daniel A.S. bersama-sama bangsa Israil telah ditawan dan diasingkan ke Babil (Iraq) ketika masih kecil lagi. Ketika itu pemerintah Babil yang bernama Nebuchadnezzar telah menyerang Baitulmaqdis serta menghancurkan kota tersebut dan membawa para tawanan dari kalangan bangsa Israil dan mereka telah dizalimi oleh raja tersebut serta tidak dibenarkan pulang ke Baitulmaqdis.

Mimpi Raja Nebuchadnezzar

Dalam satu riwayat mengatakan bahawa ketika dalam tahanan penjara, Nabi Daniel bersama-sama rakannya tidak menjamah sedikit pun makanan yang diberikan oleh tentera Babylon sebaliknya hanya makan sayur dan minum air sahaja.

Kemudian pada satu ketika raja Nebuchadnezzar telah bermimpi sesuatu yang menakutkan sehingga dia telah meminta para ahli nujum untuk menafsirkan mimpinya namun dia sendiri tidak tahu apa yang dimimpikan olehnya. Raja Nebuchadnezzar mengancam untuk menjatuhkan hukuman bunuh kepada para ahli nujum sekiranya mereka tidak dapat menafsirkan mimpinya sehinggalah salah seorang daripada tawanan penjara memberitahu raja bahawa Nabi Daniel boleh menafsirkan mimpi raja itu.

Nabi Daniel telah menafsirkan mimpi raja itu mengenai sebuah patung besar yang mana setiap bentuk pada tubuh patung itu adalah daripada pelbagai logam iaitu kepalanya dari emas tua, dada dan lengannya dari perak, perut dan pinggangnya dari tembaga sedang pehanya dari besi dengan kakinya sebahagian daripada besi dan sebahagian lagi dari tanah liat. 

Nabi Daniel memberitahu lagi bahawa raja itu telah melihat sebuah batu tanpa perbuatan manusia telah menimpa patung itu tepat di bahagian kakinya yang dari besi dan tanah liat itu sehingga remuk. Akhirnya, batu itu yang menimpa patung tanpa perbuatan tangan manusia menghancurkan semua logam yang ada dipatung tersebut. Kemudian batu itu menjadi gunung yang besar memenuhi seluruh bumi.

Nabi Daniel secara jelas dan tegas menjelaskan bahawa logam-logam itu melambangkan sebuah pengantian kekuasaan dari kerjaan-kerajaan besar yang berdiri dan kemudian roboh, dimulai dengan Babylon yang dilambangkan oleh kepala dari emas. Sesudah Babylon adalah Media-Parsi (lengan dan dada perak). Kemudian kerajaan itu digantikan oleh Yunani (tembaga), kemudian digantikan lagi oleh Kekaisaran Rom iaitu kerajaan yang keempat yang keras seperti besi, tepat seperti besi yang meremukkan dan menghancurkan segala sesuatu dan seperti besi yang menghancur luluhkan, maka kerajaan itu akan meremukkan dan menghancur luluhkan semuanya. 

Selanjutnta pada bahagian kaki yang daripada campuran besi dan tanah liat pula ialah merujuk kepada kerajaan-kerajaan di Eropah selepas keruntuhan kekaisaran Rom pada 476 masihi. Campuran besi dan tanah liat adalah juga merujuk kepada penyatuan negara-negara Eropah namun sentiasa mengalami kegagalan. 

Maka selepas itu, Nabi Daniel telah dilantik oleh raja itu untuk menjadi orang kanannya kerana raja itu kagum dengan kehebatan Nabi Daniel, namun para menteri yang lain berasa cemburu lalu mereka telah mengadakan pelbagai cara untuk membunuh Nabi Daniel. Digalilah sebuah lubang besar, kemudian Nabi Daniel dimasukkan ke dalamnya bersama-sama dengan binatang-binatang buas dan berbisa. Namun, setelah beberapa hari lamanya Nabi Daniel berada di lubang tersebut, Nebuchadnezzar mendapatkan Nabi Daniel dalam keadaan sihat serta tidak luka sedikitpun. Para menteri itu terus membuat perancangan untuk membunuh Nabi Daniel sehinggakan mereka telah menghasut raja Nebuchadnezzar bahawa Nabi Daniel telah ‘buang air’ terhadap raja itu ketika sedang tidur. Raja yang mendengar hasutan itu berasa geram lalu 

Nabi Daniel telah dipanggil oleh raja terbabit untuk tidur dibiliknya. Nebuchadnezzar telah memberitahu pengawalnya sekiranya terdapat orang yang ingin masuk ke biliknya walaupun dia mengaku sebagai raja, pengawal itu perlu membunuh orang itu. Nabi Daniel tidak keluar daripada bilik itu sebaliknya raja itu yang keluar kerana hendak membuang air sehinggakan pengawal yang berkawal itu tidak percaya sedikitpun kepada Nebuchadnezzar walaupun dia memberitahu dia adalah raja. Akhirnya dia telah dibunuh oleh pengawalnya sendiri. Begitulah Allah S.W.T. hendak menyelamatkan nabi-Nya daripada kezaliman Nebuchadnezzar.

Seterusnya kerajaan Babylon telah ditawan oleh kerajaan Media-Parsi dan pemerintahnya telah melantik Nabi Daniel sebagai penasihatnya. Nabi Daniel juga dikatakan telah dipenjarakan ketika berada di bawah pemerintahan kerajaan Media-Parsi kerana tidak mahu meninggalkan amalan ibadahnya yakni (menyembah Allah) walaupun telah dikuatkuasakan oleh kerajaan itu yang melarang rakyat mengamalkan amalan ibadah. Nabi Daniel telah dipenjarakan bersama-sama 3 ekor singa, namun singa-singa itu tidak sedikitpun mencederakannya.

Menurut Abul Barakat al-Hifny, Nabi Daniel kemudian berangkat menuju ke kota Iskandariyah dan menghabiskan sisa-sisa hidupnya untuk berdakwah di sana, bahkan wafat dan terdapat makamnya di sana. Kemudian wujudnya Masjid Nabi Daniel sewaktu Mesir di bawah pemerintahan seorang gabenor iaitu Amru Al As kerana beliau telah menjumpai makam Nabi itu lalu membina masjid dikawasan itu dan dinamakan sempena nama Nabi Daniel.


6. Nabi Uzair A.S.
Nabi Uzair AS adalah seorang hamba Allah yang hidup pada zaman antara Nabi Saleh A.S. dan Nabi Ibrahim A.S. iaitu sekitar 5000 sampai 4000 tahun sebelum masa Nabi Isa AS. Nabi Uzair A.S. adalah seorang Nabi dan Rasul utusan Allah S.W.T, salah satu diantara 313 orang Rasul utusan Allah.

Kemusnahan kota Jerusalem
Allah S.W.T. telah meranapkan kaum Yahudi sebanyak dua kali akibat sikap mereka yang degil. Selepas mereka menyeleweng buat kali pertama, Allah S.W.T. mentakdirkan sepasukan tentera yang tanpa gentar menghadapi serta memusnahkan mereka iaitu tentera dari kalangan bangsa Kanaan yang dipimpin oleh Jalut namun akhirnya dikalahkan oleh Nabi Daud A.S.

Kali keduanya pula adalah serangan Raja Bukhtanasar yang menyerang Jerusalem dan membunuh penduduknya dan seterusnya membawa hampir semua yang selebihnya sebagai hamba ke empayarnya. Kota terbabit musnah sama sekali termasuklah harta benda mereka yang dirampas. Kota tersebut sunyi sepi tanpa ada seorang pun yang tinggal.

Selepas Raja Bukhtanasar pulang ke empayarnya sambil meninggalkan kemusnahan di belakangnya, Nabi Uzair A.S. telah melalui Jerusalem bersama-sama seekor keldainya dan menyaksikan kesan-kesan kemusnahan yang dahsyat.

Beliau kemudian, turun dari keledainya dan bersujud kepada Allah S.W.T dengan berkata “Bagaimana Allah menghidupkan kembali negeri ini setelah hancur?”

Maka dengan itu Allah menidurkannya (mematikannya) selama 100 tahun. Dalam tempoh 70 tahun penidurannya itu, bandar itu mula dihuni oleh penduduk-penduduk bertambah pesat dan membangun serta kepulangan orang-orang yang dibawa pergi oleh Raja Bukhtanasar ke tanah air asal mereka atas arahan Raja Kurush (Nabi Zulqarnain A.S.).

Nabi Uzair A.S. dihidupkan/dibangunkan semula
Setelah 100 tahun tertidur, Allah S.W.T membangunkan atau menghidupkan kembali beliau dengan jasadnya sebagaimana sebelum beliau tertidur. Kemudian Allah bertanya kepada beliau: “Berapa lama kamu tinggal di sini?” Beliau menjawab: “Saya telah tinggal di sini sehari atau setengah hari”. Allah berfirman: “Sebenarnya kamu telah tinggal di sini seratus tahun lamanya; lihatlah kepada makanan dan minumanmu yang belum lagi berubah; dan lihatlah kepada keldai kamu (yang telah menjadi tulang belulang); 

Kami akan menjadikan kamu tanda kekuasaan Kami bagi manusia; dan lihatlah kepada tulang belulang keldai itu, kemudian Kami menyusunnya kembali, kemudian Kami membalutnya dengan daging”. Maka tatkala telah nyata kepadanya (bagaimana Allah menghidupkan yang telah mati) beliau pun berkata: “Saya yakin bahawa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”. (QS 2 Al Baqarah 259).

Nabi Uzair A.S. bertemu semula ahli keluarga dan masyarakat
Selepas itu beliau pun menunggang keldai itu dan pergi ke rumahnya sendiri yang ditinggalkannya 100 tahun dahulu dan menemui seorang wanita buta yang berusia 120 tahun. Beliau bertanya kepadanya, adakah rumah itu kepunyaan Uzair? Beliau (wanita itu) mengiakan persoalan itu dan menyatakan yang Uzair sudah dilupakan orang. 

Akhirnya, apabila beliau berjaya meyakinkan kepada wanita itu beliau adalah Uzair, wanita itu pun mengumumkan kepada orang ramai yang Uzair sudah kembali dan nabi Uzair pun didatangi oleh anaknya sendiri yang berusia 118 tahun. Sewaktu beliau ditidurkan, anaknya hanya berusia 18 tahun. Lalu anaknya mengatakan yang ayahnya dahulu memiliki tanda kelahiran di antara dua bahunya. Maka dengan itu, beliau pun menunjukkan tanda kelahiran itu.

Penulisan semula kitab Taurat
Oleh sebab tidak ada sesiapa yang menghafal kitab Taurat dan kitab itu sudah dibakar kesemuanya pada zaman penyerangan Raja Bukhtunasar, maka mereka meminta Nabi Uzair mengeluarkan satu-satunya salinan Taurah yang disembunyikan oleh ayahnya sendiri yang bernama Sarukha.

Namun apabila Nabi Uzair mengeluarkan salinan kitab Taurat dari tempat persembunyian asalnya, didapati kertasnya sudah reput dan berderai. Maka Nabi Uzair pun duduk seketika sambil dikelilingi orang ramai dan memikirkan bagaimana beliau dapat menulis semula kitab Taurat, maka pada ketika itu di hadapan penyaksian orang-orang Yahudi, terdapat dua tahi bintang jatuh dari langit dan menghentak dadanya yang menyebabkan galakan pada daya pemikirannya, lalu menulis kembali kitab Taurat daripada ingatannya.

Maka dengan itu, orang-orang Yahudi mengatakan yang beliau adalah anak Allah disebabkan dua perkara iaitu yang pertama, penyaksian mereka pada jatuhnya dua tahi bintang dari langit yang terkena kepada Nabi Uzair. Menurut pandangan mereka, ini adalah tanda sebagai anak Tuhan. Perkara yang kedua pula adalah walaupun Nabi Musa seorang yang hebat daripada pelbagai aspek termasuk mukjizat-mukjizatnya, namun beliau tidak mampu menyampaikan ajaran kitab Taurat kecuali daripada penulisan Taurat itu sendiri sedangkan Nabi Uzair berupaya menyalin kitab Taurat hanya melalui ingatannya. 

Perbuatan mereka ini amatlah tercela dan dilaknat oleh Allah kerana Maha Suci Allah daripada mempunyai anak. Hal ini telah dirakamkan dalam Al Quran yang bermaksud : Dan orang-orang Yahudi berkata: “Uzair ialah anak Allah” dan orang-orang Nasrani berkata: “Al-Masih ialah anak Allah”. Demikianlah perkataan mereka dengan mulut mereka sendiri, (iaitu) mereka menyamai perkataan orang-orang kafir dahulu; semoga Allah binasakan mereka. Bagaimanakah mereka boleh berpaling dari kebenaran? (At-Taubah 9:30)


7. Nabi Samuel A.S.
Samuel (Arab:صموئيل Shamu`ayl)atau Samwil dalam Islam dianggap sebagai salah satu nabi Bani Israel dan dikatakan bahawa Samuel adalah keturunan dari Yusuf. Ia pernah diminta oleh kaumnya untuk memilih seorang pemimpin dari kalangannya. Pada akhirnya terpilihlah Thalut yang memiliki profesion seorang petani. Namanya tidak disebutkan dalam Al-Qur’an, tetapi telah diwahyukan oleh Allah dalam surah Al Baqarah, tanpa menyebutkan namanya.

Pengganti Nabi Musa A.S.
Beliau telah diutuskan oleh Allah S.W.T. selepas kewafatan Nabi Musa A.S. Semasa zaman Nabi Musa A.S., Bani Israel dalam berabad-abad lamanya dapat hidup bersatu di negeri mereka sendiri, tidak dapat diusir oleh kekuatan daripada mana-mana pihak.
 
Selepas kewafatan Nabi Musa A.S., bangsa Israel lama kelamaan lupa akan ajaran Nabi Musa A.S., lupa akan agama mereka dan agama itu mereka telah ubah menurut kemahuan mereka sendiri.
Dalam keadaan yang demikian itu, akhirnya mereka dapat dikalahkan dan diusir dari kampung halaman mereka sendiri oleh bangsa Palestin.

Nasib bangsa Israel semakin jelek dan melarat di bawah penjajahan sehingga mengalami pengusiran itu, terpisah dari anak dan isteri mereka dalam tempoh yang lama, mereka juga tidak sanggup tampil ke hadapan untuk memimpin bangsanya yang telah bercerai-berai itu.

Akhirnya diutus oleh Allah kepada mereka seorang Nabi, Samuel namanya. Dengan pimpinan Samuel ini, akhirnya beberapa orang di antara bangsa Israil dapat berkumpul. Dari kumpulan ini timbul hasrat bagi mereka, untuk berusaha mengusir bangsa Palestin yang telah mengusir mereka dari tanah airnya. Tetapi sayang, tidak seorang juga di antara mereka yang berani dan sanggup menjadi pemimpin.

Samuel tahu benar mengenai kelemahan kaumnya yang demikian itu, kelemahan yang disebabkan oleh tidak adanya kemahuan untuk berjuang dan kelemahan kerana tidak adanya rasa patuh terhadap pemimpinnya.
Dengan tegas Samuel berkata kepada mereka: “Sebab kelemahan kamu, adalah kerana kamu sekalian tidak mahu berjuang menghadapi peperangan bila dipanggil untuk berperang!”
 
Mereka menjawab: Kami sanggup berjuang dan bertempur, kerana tidak tahan lagi hidup sengsara terpisah dengan anak, keluarga dan tanahair sendiri, asal saja ada yang memimpin kami dalam perjuangan dan pertempuran itu. (tetapi hanya sedikit sahaja yang bersungguh-sungguh untuk berjuang dan mengikut arahan pemimpinnya).

Samuel meminta mereka menunggu, kerana Samuel ingin menerima petunjuk dari Allah S.W.T. terlebih dahulu, tentang maksud ini. Lalu kepada Samuel diwahyukan oleh Allah S.W.T., agar memilih Talut menjadi raja dan pemimpin perang mereka. Samuel sendiri rupanya belum kenal siapa Talut itu. Tetapi dengan tegas Allah S.W.T. mewahyukan kepada Samuel, agar jangan ragu-ragu dalam menetapkan Talut sebagai pemimpin dan jeneral dalam perang yang diperintahkan itu.

Talut adalah anak desa dalam negeri itu, bahkan anak seorang yang miskin pula. Jangankan ia akan dikenal sebagai pemimpin dalam pergaulan, malah sehari-hari saja jarang orang kenal kepadanya. Tetapi dia adalah seorang yang berbadan kuat dan sihat; tinggi dan gagah perwatakannya, matanya tajam, fikirannya pun luas dan tajam pula. Dalam pada itu, dia mempunyai hati yang suci bersih, budi yang halus dan agung. Dia tinggal di desa kecil bersama-sama bapanya. Pekerjaannya bertani dan berternak.

Tabut berjaya dirampas semula
Akhirnya, tentera pimpinan jeneral Talut telah berjaya mengalahkan bangsa Palestin walaupun jumlah mereka adalah sedikit dan ketika itu juga jeneral jalut yang memimpin bangsa Palestin telah mati akibat dilontar batu oleh Nabi Daud A.S. yang ketika itu berumur 9 tahun. Nabi Samuel A.S. turut menyertai peperangan itu yang mana Tabut milik Bani Israil telah berjaya dirampas semula.

Kisah mengenai Nabi Samuel A.S. ada disebutkan dalam Al Quran walaupun tidak disebutkan namanya di dalam Al Quran, iaitu surah Al Baqarah ayat 247 dan ayat 248.


8. Nabi Imran A.S.
Nabi Imran A.S. adalah salah seorang nabi dan juga merupakan bapa kepada Mariam iaitu ibu Nabi Isa A.S. Nama sebenar Nabi Imran ialah Imran bin Hasyim bin Amun. Beliau berkahwin dengan Hannah binti Faqud bin Qabil dan telah dikurniakan oleh Allah seorang anak perempuan bernama Mariam. Kedua-dua mereka mempunyai darah keturunan Nabi.

Surah Ali Imran
Nabi Imran dan keluarganya telah dimuliakan oleh Allah S.W.T. seperti mana yang telah terdapat dalam Al Quran surah Ali Imran ayat 33 yang bermaksud : “Allah telah memilih Adam, dan Nuh, dan keluarga Ibrahim, dan keluarga Imran, di atas semua alam”.

Kehidupan keluarga Imran sederhana. Mereka tinggal di perkampungan Nazareth, Palestin. Kegiatan ekonomi penduduk di perkampungan itu lebih tertumpu kepada kegiatan pertanian yang pernah dilakukan oleh nenek moyang mereka. Kebanyakan daripada mereka menjalankan kegiatan pertukangan kayu. 

Mereka mengutip hasil kayu dari hutan dan kemudiannya menjual kayu tersebut kepada pelanggan yang mahu membelinya. Ada juga di antara mereka yang mahir membuat kasut dan mengeringkan buah tin sebagai pekerjaan mereka. Nabi Imran A.S. menyimpan hasrat untuk tinggal di Jerusalem. Beliau ingin berkhidmat di Baitulmuqaddis. Beliau pernah bermimpi menjadi siak di tempat suci di Baitulmuqaddis dan bermimpi menjaga kebersihan dan membantu kerja-kerja menjaga tempat suci itu.

Isteri Nabi Imran A.S. telah bernazar kepada Allah S.W.T. agar Allah S.W.T. menerima anaknya Mariam untuk menjadi ahli Ibadat kepadaNya seperti mana yang terdapat dalam surah Ali Imran ayat 35 yang bermaksud : (Ingatlah) ketika isteri Imran berkata:” Tuhanku! Sesungguhnya aku nazarkan kepadaMu anak yang ada dalam kandunganku sebagai seorang yang bebas (dari segala urusan dunia untuk berkhidmat kepadaMu semata-mata), maka terimalah nazarku; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar, lagi Maha Mengetahui.”


9. Nabi Jurjis A.S.
Kisah Nabi Jurjis Dengan Raja Bani Israil
Dalam satu riwayat mengatakan, pada zaman dahulu ada seorang raja Bani Israil yang zalim. Kezalimannya bukan sahaja terhadap rakyatnya sendiri malahan terhadap Allah S.W.T. Segala perintah Allah diabaikannya, dia memerintah mengikut hawa nafsu serta undang-undang buatannya. Maka Allah mengutuskan seorang nabi bernama Jurjis. Dia mengutuskan nabi Jurjis untuk menghapuskan kezaliman Raja Bani Israil itu yang sangat melampaui batas.

Setiap hari Nabi Jurjis berusaha untuk menyedarkan raja serta rakyatnya agar mengikut perintah Allah. Malangnya segala ajakan Nabi Jurjis tidak sedikitpun dipedulikan oleh raja tersebut. Malahan Raja itu menentang ajaran-ajaran yang dibawa oleh Nabi Jurjis.

Akhirnya Allah S.W.T. pun menurunkan bala terhadap kaum Bani Israil. Bertahun-tahun Allah tidak menurunkan hujan di tanah Bani Israil. Banyaklah tanaman serta haiwan mati kehausan. Tanah-tanah pertanian serta kolam-kolam air akhirnya menjadi kering kontang. Maka terjadilah kebuluran di merata tempat di negeri itu.

Raja menjadi bingung kerana dahulu rakyatnya pergi ke kuil setiap hari menyembah berhala tetapi kini mereka tidak ke kuil, malahan sibuk menguruskan kehidupan mereka seharian. Setiap hari raja tersebut dikunjungi rakyat jelata untuk memohon bantuan. Malangnya raja tidak dapat berbuat satu apapun.
Pada suatu hari raja memerintahkan para menteri menyiasat keadaan seluruh negeri itu. Setelah melakukan penyiasatan, mereka pun datang mengadap raja. Kata para menteri itu : “Wahai paduka Tuanku. Keadaan seluruh negeri amatlah mendukacitakan sekali. Tanah-tanah pertanian dan kolam-kolam air semuanya kering belaka. 

Haiwan ternakan banyak yang mati manakala rakyat dalam keadaan kebuluran. Kami kira kalau keadaan ini berterusan, musnahlah seluruh kerajaan Tuanku nanti”.

Setelah mendengar laporan para menterinya, raja pun bertitah : “Kalau demikian keadaan negeri dan kerajaan, cubalah beri pendapat kamu bagaimana kita boleh mengatasi masalah yang amat sulit lagi berbahaya ini”.

Maka jawab para menterinya : “Kami berpendapat eloklah kita cari dimana Nabi Jurjis. Paduka Tuanku tentu ingat bahawa Nabi Jurjislah orang yang selalu berjaya menolong kita sewaktu terjadi keadaan-keadaan seperti ini. “Apa maksud kamu semua menyebut Jurjis itu”, tanya raja tersebut.

“Wahai Paduka Tuanku, tidakkah Tuanku ingat bahawa Jurjis selalu mengajak kita menyembah Allah. Jika ajakannya itu benar tentu dapat meminta kepada Tuhannya itu supaya diturunkan hujan”, balas para menteri itu. “Tapi bagaimana kalau hujan tidak turun juga?”, tanya raja lagi. “Kita bunuh sahaja Jurjis”, sahut menteri-menteri itu penuh yakin. Maka pada keesokannya raja bersama dengan para menteri pergi mendapatkan Jurjis. Sebaik sahaja mereka tiba di perkarangan rumah Nabi Jurjis, mereka dapati Nabi Jurjis sedang tekun beribadat. Tiba-tiba Nabi Jurjis terdengar suara orang dari luar rumahnya. “Hai Jurjis, keluarlah kamu!”, perintah raja itu dengan suara yang agak kasar. Sebaik sahaja namanya diseru, maka Nabi Jurjis pun segera keluar.
 
“Surat apakah itu hai Tuanku”. “Aku minta Tuhanmu supaya turunkan hujan. Kalau hujan tidak turun, katakan kepada Tuhanmu itu bahawa aku akan memeranginya”, seru raja itu dengan angkuh.
Nabi jurjis berasa terlalu sedih mendengar perintah raja itu. Dalam masa Nabi Jurjis sedang bersedih, tiba-tiba muncul malaikat Jibril lalu berkata kepadanya, “Wahai Jurjis, kenapa engkau bersedih sahaja? Beritahukah apa yang diminta oleh raja itu kepada Allah”.

Nabi Jurjis pun menurut apa yang dinasihatkan oleh Jibril A.S. Kemudian Allah menyuruh Jurjis bertanya kepada raja Bani Israil itu, bagaimana caranya dia hendak menentang Allah. Pada keesokan harinya, Nabi Jurjis pun pergi ke istana untuk bertanyakan seperti yang diperintahkan oleh Allah S.W.T.
Sebaik sahaja raja mendengar kata-kata Nabi Jurjis, maka raja itu pun berkata : “Hai Jurjis, aku memang tidak dapat memerangi Tuhanmu kerana Dia sangat perkasa sedangkan aku lemah tetapi aku akan memerangi apa jua kekasihNya di bumi ini”, tegas raja itu dengan angkuh. Setelah itu Jurjis pun pulang ke rumahnya. Setibanya dia di rumah, didapatinya malaikat Jibril sudah pun berada di dalam bilik tempat dia beribadat. Kata malaikat Jibril : “Hai Jurjis, pergilah engkau bertemu raja itu dan nasihatilah dia supaya membatalkan maksudnya itu”.

Setelah mendengar nasihat Jibril itu, keesokannya Jurjis pergi semula ke istana raja dan menasihati raja tersebut. Dengan izin Allah, raja yang angkuh itu pun menerima nasihat Nabi Jurjis. Setelah segalanya selesai, Nabi Jurjis pun kembali semula ke rumahnya. Sebaik sahaja kakinya melangkah masuk ke rumah, hujan pun turun dengan lebatnya selama tiga hari tiga malam. Tanaman tumbuh dengan subur, sungai dipenuhi air, rakyat mulai turun ke ladang mengerjakan tanaman mereka. Akhirnya negara itu kembali makmur seperti sediakala.
Melihatkan keadaan kembali pulih seperti sediakala, raja pergi mendapatkan Nabi Jurjis A.S. berserta dengan rakyatnya dan menyatakan keimanan kepada Allah yang Maha Kuasa.


10. Nabi Amos A.S.
Nabi Amos A.S. adalah seorang Nabi yang berasal dari Tekoa iaitu di sebelah tenggara Baitulaham. Di dalam Alkitab, kitab Amos ditulis oleh Nabi Amos A.S. Beliau juga adalah Nabi yang pertama dalam Alkitab yang pesannya dicatat secara terperinci. Beliau berasal dari sebuah kota di Yehuda, tetapi ia berkhutbah kepada orang-orang Israel di kerajaan utara sekitar pertengahan abad ke-8 SM.

Pada masa itu banyak orang hidup makmur, ibadah dipentingkan dan negeri Israel nampaknya damai. Tapi Amos melihat bahawa yang mengecap kemakmuran hanyalah para hartawan yang memperkayakan diri dengan hasil penindasan dan ketidakadilan terhadap orang miskin. Orang menjalankan ibadah dengan hati yang tidak ikhlas dan keadaan damai hanya tampak dari luar. Dengan berani dan penuh semangat, Amos menyampaikan pesan bahawa Tuhan akan menghukum bangsa Israel. Amos menyeru agar keadilan “mengalir seperti air”. Beliau berkata, “Mungkin Tuhan akan mengasihani orang-orang yang ditindas dari bangsa Israel”.

Begitulah sedikit kisah mengenai Nabi Amos A.S. yang lantang menentang ketidakadilan yang berlaku dalam masyarakat.


11. Nabi Jeremiah A.S.
Nabi Jeremiah A.S. merupakan antara salah seorang Nabi dalam kalangan Bani Israil. Melalui pendapat Ibnu Kathir,nama nabi Jeremiah yang sebenar ialah Armia b Hilqiya. Nabi ini diutuskan oleh Allah kepada Bani Israil di Jurusalem pada fasa dia antara Nabi Daud dan Nabi Zakaria.

Beliau dipenjarakan oleh kerajaan Bani Israel di Jurusalem kerana beliau menyuruh mengesakan Allah. Beliau diseksa dan dipenjarakan dengan teruk. Di dalam penjara,beliau telah berdoa kepada Allah agar diberikan pengajaran kepada mereka. Allah memakbulkan doa Nabi Jeremiah itu dan Allah mengutuskan Tentera daripada Babilon dan Assyria untuk menghancurkan kerajaan Israil.

Kisah mengenai Nabi Jeremiah A.S.
Semasa masih muda, Jeremiah memulakan tugas-tugas kenabiannya kira-kira pada akhir dari abad ke tujuh sebelum Masihi, ketika Kerajaan Judah dalam bahaya besar penyerbuan oleh tentera dari Chaldea. Orang-orang Yahudi telah bersekutu dengan Firaun dari Mesir, tetapi kerana Firaun ini telah mengalami kekalahan buruk dari tentera Nebukadnezar, maka nasib buruk Jerusalem adalah hanya tinggal waktu saja. 

Dalam hari-hari yang sukar itu, selama mana nasib dari tinggalan para hamba Allah akan ditentukan, Nabi Jeremiah dengan semangatnya memberi nasihat kepada raja dan para pemimpin orang-orang Yahudi untuk menyerah dan mengabdi pada Raja Babilon, supaya Jerusalem dapat diselamatkan daripada dibakar habis menjadi abu serta orang-orang Yahudi diselamatkan daripada menjadi sebagai orang tawanan. 

Beliau mencurahkan semua ceramahnya yang lantang dan berapi-api ke telinga raja-raja, pendeta-pendeta, dan ketua-ketua masyarakat, tetapi semua hanya sia-sia. Beliau menyampaikan firman demi firman Tuhan dengan mengatakan bahawa satu-satunya jalan menyelamatkan negeri dan penduduknya dari kemusnahan yang teruk ialah menyerah kepada orang-orang Chaldea; namun tiada seorang pun sudi mendengar peringatan itu.

Nabi Jeremiah A.S. diseksa dalam tahanan
Nebukadnezar datang dan mengambil alih kota, membawa pergi rajanya, para pembesar serta banyak tawanan. Demikian pula seluruh kekayaan dari kuil termasuk bejana-bejana emas dan perak. Seorang pembesar lain, pembesar yang ketiga, diangkat oleh Kaisar Babilon untuk memerintah sebagai budaknya di Jerusalem. Raja ini, bukannya menjadi bijak dan setia kepada penguasa Babilon tetapi bahkan memberontak terhadapnya. Tanpa henti Jeremiah menasihati raja untuk tetap setia dan meninggalkan kebijakan (persekutuan dengan) Mesir. 

Namun nabi-nabi palsu terus saja berceramah dengan lantang di kuil dengan berkata: “Demikianlah Tuhan Rumah Allah itu berfirman, Lihatlah, Aku telah mematahkan simpul Raja Babilon, dan dalam waktu dua tahun semua tawanan orang Yahudi dan bejana-bejana Rumah Tuhan akan dikembalikan ke Jerusalem.” 

Jeremiah membuat simpul dari kayu dan dikalungkan di lehernya dan pergi ke kuil serta memberi tahu orang-orang bahawa Tuhan telah berasa senang meletakkan simpul raja Babilon seperti ini pada leher semua orang Yahudi. Beliau dipukul mukanya oleh salah satu nabi palsu (lawannya) yang mematahkan simpul kayu itu dari leher Jeremiah serta mengulangi lagi ceramah dengan lantang dari nabi-nabi palsu. Jeremiah dimasukkan ke dalam sel yang penuh dengan lumpur, dan hanya diberi makan dengan sekeping roti kering yang dibuat daripada barli setiap hari hingga terjadi kelaparan di kota itu, yang diserang oleh orang-orang Chaldea. 

Nabi palsu (Hananiah) meninggal seperti diramalkan oleh Jeremiah. Dinding kota itu diruntuhkan di suatu tempat dan tentera yang menang itu menyerbu masuk kota, Raja Zedekiah yang melarikan diri dan orang-orang yang besertanya ditangkap dan dibawa ke raja Babilon. Kota dan kuil itu sesudah dijarah lalu dibakar dan semua penduduk Jerusalem dibawa pergi ke Babilon; hanya orang dari kelas miskin yang ditinggalkan untuk mengusahakan tanah. Atas perintah Nebukadnezar, Jeremiah diizinkan tinggal di Jerusalem dan gabernor yang baru diangkat yang bernama Gedalliah diberi tugas untuk menjaga dan mengurus nabi itu. 

Tetapi Gedalliah telah dibunuh oleh orang Yahudi yang memberontak dan mereka kemudian lari ke Mesir dengan membawa Jeremiah beserta mereka. Bahkan di Mesir pun beliau meramal hal-hal yang bertentangan dengan kepentingan para pelarian dan orang-orang Mesir. Beliau pastilah sudah mengakhiri hidupnya di Mesir.


12. Nabi Malakhi A.S.
Maleakhi atau Mal’akhi yang bermaksud “Utusan/Malaikatku” adalah seorang nabi dalam Alkitab, Perjanjian Lama umat Kristian dan Tanakh bagi umat Yahudi.

 Malakhi adalah nabi terakhir dalam 12 nabi-nabi kecil dan penulis Kitab Maleakhi, kitab terakhir dalam Perjanjian Lama (Mal. 4:4-6) edisi Kristian, dan merupakan kitab terakhir dalam kumpulan Nevi’im (nabi-nabi) dalam Tanakh Yahudi.

NABI MUHAMAD DALAM KITAB NABI MALAKHI
Di dalam kitab Nabi Malakhi ada dinyatakan mengenai Nabi akhir zaman iaitu Nabi Muhammad S.A.W. pada fasal 3 :1: 2 yang dinyatakan seperti berikut : “Bahawasanya Aku menyuruh utusanku yang menyediakan jalan dihadapan hadirat-Ku dan dengan segera akan datang kepada kaabahnya, Tuhan yang kamu rindukan itu. Bahawasanya ia akan datang, demikianlah firman Tuhan sarwa sekalian alam. Tetapi siapakah gerangan akan menderita hari kedatangannya? Dan siapa tahan berdiri apabila kelihatanlah dia? 

Kerana iapun akan seperti api pandai emas dan akan seperti sabun binara.” “Akan datang seorang utusan,” yang seperti nyala api dan sabun binara. Kedatangannya dengan membawa anasir-anasir yang panas, keras seperti sabun binara. Ia tidak datang seperti Yesus (Isa) yang lembut dan “sunyi senyapnya.” Iapun tidak bersikap selemah lembut Yesus, yang mengasuh umat seperti seekor induk ayam mengumpulkan dan menaungi anak-anaknya. Alangkah penyabarnya Yesus ini. Tetapi akan orang yang datang sesudah Yesus itu dengan panas seperti panasnya api pandai emas jua ia membakar bumi Arabia bahkan sampai ke hujung 

Hispanola (Sepanyol) dengan seruan jihadnya yang sangat menggetarkan hati lawannya: “Allahu Akhbar.”
Apa yang dapat disimpulkan di sini ialah kedatangan Nabi Muhammad S.A.W. memang sudah diramalkan akan berlaku dan baginda akan menyebarkan agama yang cukup lengkap dan sempurna yakni Islam keseluruh dunia bermula dari Tanah Arab hinggalah ke seluruh dunia bahkan yang dikatakan hingga ke Sepanyol itu telah pun berlaku apabila panglima Tariq bin Ziyad telah berjaya menawan Sepanyol ataupun Al Andalus melalui peperangan jihad dan seterusnya menyebarkan Islam di wilayah terbabit. Dan memang benar bahawa seruan Takbir yang dilaungkan oleh para pejuang Islam telah menggetarkan hati musuh-musuh Islam terutamanya dalam setiap peperangan jihad.


 13. Nabi Isaiah A.S.
Nabi Isaiah ataupun Nabi Yesaya adalah salah seorang 12 nabi-nabi kecil Bani Israil yang tidak tercatat namanya dalam Al Quran namun beliau adalah seorang nabi kepada kaum Bani Israil. Beliau juga mempunyai kitab sendiri hasil penulisannya yang dipanggil kitab Yesaya. Beliau merupakan nabi Judea abad ke-8 SM yang mendeklarasikan bahawa seluruh dunia berada dalam pengendalian Tuhan dan memperingatkan masyarakatnya bahawa negeri mereka akan dimusnahkan apabila mereka berpaling dari ajaran Tuhan.

Biografi
Nabi Isaiah A.S. hidup di zaman pemerintahan kerajaan Judah dibawah pemerintahan 4 orang raja iaitu Uzziah/Azariah, Jotham, Ahaz dan Hezekiah. Raja Uzziah mentadbir kerajaan Judah selama 52 tahun iaitu pada pertengahan abad ke 8 sebelum masihi dan kemungkinan Nabi Isaiah memulakan tugas kenabiannya sebelum kematian Uzziah iaitu pada 740 SM. Beliau hidup hingga 14 tahun pemerintahan Raja Hezekiah yakni 698 SM dan kemungkinan juga hidup pada zaman pemerintahan Manasseh. Jadi Isaiah mungkin telah bernubuat(kenabian) untuk tempoh panjang sekurang-kurangnya enam puluh empat tahun.

Nabi Isaiah juga hidup ketika berada di bawah pemerintahan kerajaan Assyria iaitu ketika pemerintahan Tiglath-Pileser III dan Shalmaneser V dari Sumeria yang telah menawan kerajaan Judah ketika beliau masih muda, termasuklah serangan tentera oleh Sennacherib ke atas Judah.

Isaiah menurut Islam
Menurut Ibnu Ishaq, Nabi Isaiah telah diutuskan sebelum Nabi Zakaria dan Nabi Yahya dan beliau juga telah bernubuat tentang kedatangan Nabi Isa dan juga Nabi Muhammad S.A.W.

Yesaya berkhutbah dan mati syahid
Menurut penafsiran Islam telah dinyatakan bahawa Hezekiah adalah raja yang memerintah Jerusalem (Baitulmuqaddis)ketika hayat Nabi Isaiah A.S. Hezekiah sentiasa patuh dan mendengar nasihat Nabi Isaiah tetapi tetap dengan pendiriannya kerana ketika itu keadaan di Israel/Judah sangat meruncing. Keadaan semakin meruncing apabila berlakunya kematian raja Judah itu. Setelah kematian raja itu, Nabi Isaiah telah mengatakan kepada Bani Israil untuk tidak melupakan Tuhan dan beliau memperingatkan mereka bahawa mereka harus berhenti daripada terus-menerus melakukan dosa dan juga daripada ketidaktaatan. Tradisi Muslim berpendapat bahawa tidak sepatutnya orang-orang Bani Israil marah dan berusaha untuk membunuh Nabi Isaiah. Dalam sebuah kematian yang mirip dalam kehidupan para nabi, penafsiran Islam menceritakan bahawa beliau menjadi syahid setelah dibunuh dengan digergaji badannya oleh Bani Israil


14. Nabi Hagai A.S.
Hagai (bahasa Ibrani: חַגַּי, Ḥaggai atau “Hag-i”) adalah salah seorang dari dua belas nabi-nabi kecil dan penulis Kitab Hagai. Beliau adalah nabi pertama dari tiga nabi (bersama Nabi Zakaria yang hidup sezaman dengannya dan Malakhi yang hidup sekitar seratus tahun kemudian) yang hidup pada zaman sejarah Yahudi yang bermula setelah kepulangan mereka dari pembuangan di Babylon.

Tidak banyak yang diketahui tentang kehidupan peribadinya. Beliau mungkin adalah salah seorang daripada mereka yang dibuang ke Babel oleh Nebuchadnezar. Beliau memulakan tugas kenabiannya sekitar 16 tahun setelah kepulangan kembali orang Yahudi ke Yehuda. Usaha pembangunan kembali Bait Suci telah dihentikan kerana gangguan-gangguan orang Samaria. 

Setelah ditunda selama 15 tahun, pekerjaan itu dilanjutkan kembali melalui usaha Hagai dan Zakaria (Ezra 6:14). Mereka mengimbau rakyat dan membangkitkan mereka daripada kemalasan dan mendorong mereka untuk memanfaatkan perubahan dalam kebijaksanaan yang diambil oleh pemerintah Parsi di bawah Darius I dari Parsi.


15. Nabi Hanzalah A.S.

Nabi Hanzalah A.S. adalah salah seorang Nabi yang namanya tidak dicatatkan dalam Al Quran namun kisah masyarakat atau umat yang dibimbingnya telah terdapat dalam Al Quran. Nama penuhnya ialah Hanzalah bin Sifwan. Menurut Ibnu Katsir dalam karyanya, Qisas al Anbiya’ telah menceritakan bahawa baginda telah diutuskan kepada satu kaum di Yaman untuk mengajak mereka supaya beriman kepada Allah S.W.T. Kisah mengenai masyarakat yang dibimbingnya terdapat dalam Al Quran surah Al Furqaan ayat 38 yang bermaksud : ‘Dan (demikian juga Kami telah binasakan) Aad dan Thamud serta Ashaabur-Rassyi dan banyak lagi dalam zaman-zaman di antara masa yang tersebut itu’.

Dicampakkan ke dalam perigi
Menurut pendapat kebanyakan ulama’, kaum Ashaabur-Rassyi merupakan kaum yang diajak oleh Nabi Hanzalah A.S. untuk beriman kepada Allah S.W.T. Mereka adalah penduduk di sebuah negeri yang sekarang ini terletak di Yaman. Sesetengah pendapat mengatakan bahawa mereka tinggal berhampiran dengan kaum Thamud. Mereka dikenali sebagai masyarakat Ar-Rass kerana tempat tinggal mereka terkenal dengan perigi atau mata air dan nama Ar-Rass juga bermaksud perigi atau mata air. 

Mereka juga digelarkan sebagai masyarakat penjaga perigi. Terdapat juga cendekiawan muslim mengatakan Ar-Rass itu adalah sebuah bandar. Namun seperti para nabi dan Rasul yang lain, dakwah yang dibawa oleh nabi ini tidak disenangi oleh penduduk Ashaabur-Rassyi sehinggakan mereka telah membunuh nabi ini dengan mencampakkannya ke dalam perigi dan seterusnya mereka telah menerima azab daripada Allah S.W.T sepertimana kaum Aad, Thamud serta kaum nabi Nuh yang dihilangkan mereka daripada muka bumi Allah S.W.T. seperti firman Allah S.W.T. pada ayat 39 surah Al Furqaan yang bermaksud : ‘Dan masing-masing, telah Kami berikan kepadanya contoh tauladan yang mendatangkan iktibar, dan masing-masing telah Kami hancurkan sehancur-hancurnya’. Demikianlah kisah mengenai Nabi Hanzalah A.S.


16. Nabi Syam’un A.S.
Etimologi
Simson: Ibrani, شمشون : Arab atau Syam’un ertinya ‘yang berasal dari matahari’. Nabi Syam’un adalah salah seorang Nabi dari kalangan Bani Israil.

Syam’un dalam Islam
Kisah Nabi Syam’un/Samson ini tidak terdapat dalam Al Quran namun kisah Syam’un ini ada pada kitab Qisasul Al Anbiya’. Dalam kitab itu dikatakan bahawa Nabi Muhammad S.A.W. tersenyum sendiri, lalu ditanya oleh sahabatnya, “Apa yang membuatkanmu tersenyum wahai Rasulullah?” Muhammad menjawab, “Diperlihatkan kepadaku hari akhir ketika seluruh manusia dikumpulkan di mahsyar, ada seorang Nabi dengan membawa pedang yang tidak mempunyai pengikut satupun, masuk ke dalam syurga. Beliau adalah Syam’un”.

Dalam kitab Muqasyafatul Qulub karangan Imam Ghazali ada menceritakan bahawa Rasulullah S.A.W. berkumpul pada bulan suci Ramadhan. Di dalam usrah itu Rasulullah S.A.W. bercerita mengenai Nabi Allah S.W.T. bernama Syam’un A.S. Rasulullah S.A.W. menggelarnya Sam’un Ghazi.

Syam’un A.S. telah dianugerahkan oleh Allah S.W.T. dengan kekuatan luar biasa seperti berkebolehan melembutkan besi, mampu menewaskan binatang buas dan berkemampuan untuk mengangkat tiang istana dan merobohkannya.

Berani menentang kebatilan
Nabi Allah ini menentang keras perbuatan kaumnya yang ingkar dengan perintah Allah S.W.T. Pada masa itu, Raja Israil sendiri adalah seorang yang ingkar dengan perintah Allah dan zalim pula terhadap rakyatnya. Sifat bongkak raja tersebut mengundang rasa benci beliau terhadap raja tersebut sehingga menyebabkan baginda tidak henti-henti untuk berdakwah kepadanya walau dengan apa cara sekalipun.

Sifat istiqamah Syam’un A.S. mengundang padah padanya apabila beliau berjaya ditangkap setelah isterinya sendiri mengkhianatinya. Syam’un A.S. pernah berkata kepada isterinya berkenaan kelemahan dirinya yang boleh dilemahkan dengan mengikat dirinya dengan rambutnya sendiri. Akhirnya Syam’un A.S. ditangkap.
Syam’un A.S. telah diseksa dan dibutakan matanya. Namun, ia tidak menghalang dirinya untuk terus berjuang menentang kebatilan. Syam’un A.S. berdoa kepada Allah S.W.T. agar dikembalikan kekuatan yang dianugerahkan kepadanya dahulu. Allah S.W.T. memakbulkan doa baginda.

Syam’un A.S. telah menggunakan kekuatan yang diperolehinya semula dengan meruntuhkan seluruh istana sehingga mengorbankan raja dan isteri beliau sendiri.

Selepas kejadian itu, Syam’un A.S. kemudian bersumpah untuk beribadah selama 1000 bulan tanpa henti. Daripada kisah yang diceritakan inilah, maka datang wahyu berkenaan malam Lailatul Qadar yang sama dengan keberkatan 1000 bulan.

Hal ini adalah kerana terdapat sahabat baginda Rasulullah S.A.W. yang bertanya kepada baginda untuk mereka ikut jejak langkah Nabi Syam’un A.S. Baginda terdiam sejenak sebelum malaikat Jibril datang menurunkan wahyu kepada baginda Rasulullah S.A.W. mengenai satu malam pada bulan Ramadhan yakni malam Lailatul Qadar iaitu sesiapa yang beribadat pada malam tersebut, pahala amalannya menyamai 1000 bulan beribadat. (Red)

*** Demikanlah dunsanak ......'  Semoga bermanfaat. ***